Oleh : Surya Rhaditiya
“Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan
menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat
yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka
lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali" - Tan Malaka
Senin, tanggal 2 Mei 2016, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional,
terlihat pemandangan tidak biasa di lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII). Datangnya Gubernur
Jawa Tengah -Ganjar
Pranowo-
dalam acara TvOne yaitu Suara Rakyat di UII disambut oleh sekelompok mahasiswa yang menamai mereka
dengan Aliansi Mahasiswa Peduli Agraria (AMPERA). Mereka menyambut dengan melalukan aksi di
lingkungan UII yang menuntut penyelesaian kasus-kasus agraria di Jawa Tengah seperti di Urut Sewu,
Rembang, Batang dan daerah lainnya.
adapun tuntutannya sebagai berikut :
1.Tolak
Kedatangan Ganjar Pranowo di UII
2.Tolak
intervensi politik praktis masuk ke kampus
3.Selesaikan
konflik-konflik agraria yang ada di Jawa Tengah
4.Pemerintah
sebagai aparatur negara harus bersikap membela rakyat dan berhenti melakukan
tindakan represif ke rakyat dengan militernya dalam menangani konflik agraria
5.Tegakkan
Undang Undang Pokok Agraria tahun 1960 dengan sebenar-benarnya, serta tegas
memasukannya dalam politik negara.
Terlepas dari tuntutan dari
AMPERA, ada yang menarik melihat
pergerakan mahasiswa ini, yaitu Alliansi
ini sebagian besar terdiri dari berbagai
elemen yang ada di UII ,seperti Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) se-UII, sebagian mahasiswa UII dari berbagai fakultas yaitu Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan
(FTSP), Himpunan Mahasiswa Psikologi (HIMAPSI), organisasi eksternal mahasiswa UII seperti Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI),
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Teater
Selaras, Teater 7 Garit, dan mahasiswa-mahasiswa UII yang peduli dengan isu agraria.
Pergerakan ini seakan mengembalikan marwah UII, yaitu sebagai “Kampus
Perjuangan”. Kampus yang tujuan akhirnya untuk mewujudkan generasi umat Islam
sebagai umat terbaik yang tidak hanya cerdas secara intelektual namun juga
mulia akhlaknya dan memiliki kepedulian.
Melihat
aksi ini, Pergerakan mahasiswa UII yang
“seakan mati” setelah runtuhnya rezim orde baru kembali bangkit. Hal ini terlihat dari berbagai perbedaan
ideologi yang dianut masing-masing lembaga dan mahasiswa mampu melebur menjadi
suatu aliansi yang memiliki satu suara yaitu “MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN
RAKYAT”. Ini membuktikan bahwa mahasiswa di UII
tidak hanya “terlalu asik” di dalam kampus dengan
dinamikanya sendiri, tapi menunjukan bahwa Mahasiswa UII jugamasih peduli dengan rakyat, rakyat yang berusaha memperjuangkan
kehidupannya.
Fungsi Mahasiswa yang merupakan Agent Of Change( agen perubahan), Social Control (Kontrol Sosial), Iron Stock (Harapan Masa depan bangsa) inilah yang harus kita
terapkan dalam kehidupan kemahasiswaan kita. Sudah seharusnya
kita sebagai
mahasiswa memperjuangkan
rakyat-rakyat yang tertindas oleh para penguasa, karena dari mahasiswa lah perubahan
itu bisa tercapai. Fakta-fakta sejarah
bangsa Indonesia menunjukan bahwa peristiwa sejarah tidak lepas dari peran mahasiswa sebagai aktor
intelektualnya. Mahasiswa UIIpun turut
ikut serta dalam peristiwa
sejarah itu seperti Peristiwa pada tahun 1968-an, kasus Malari (Malapetaka Lima Belas Januari), dan Peristiwa runtuhnya Orde Baru 1998.
Tak bisa dipungkiri bahwa isu dan
peristiwa yang terjadi sekarang
tidak segenting dan semenarik pada saat zaman orde lama dan orde baru. Hal ini membuat sebagian
mahasiswa “sibuk” dengan kepentingan-kepentingannya sendiri dan seakan hilang
daya cengkramnya. Tapi ketika kita melihat kembali fungsi mahasiswa, maka tidak
ada alasan bagi kita para mahasiswa apakah itu isunya menarik atau tidak, atau seberapa genting isu yang
ada. Selama untuk kepentingan rakyat maka tugas kita lah para mahasiswa sebagai
kaum Intelektual untuk memperjuangkannya.
Pada zaman sekarang, zaman reformasi, kita
sebagai mahasiswa era reformasi patut bersyukur karena kita tidak harus berjibaku
dengan berendelan peluru dari aparat negara yang mati hati nuraninya. Oleh karena itu, manfaatkan lah keadaan ini kawan!. kita hanya perlu berjibaku
dengan keapatisan kita, keapatisan tentang kesejahteraan rakyat. Dan di era
modern ini, dimana kebebasan pendapat sangat di junjung, maka perjuangkanlah keadilan
rakyat dengan melakukan berbagai cara yang kalian anggap benar.
Kembali ke aksi yang dilakukan oleh kelompok AMPERA, banyak stigma-stigma yang mengatakan bahwa aksi
yang dilakukan sudah tidak relevan dengan keadaan zaman sekarang yaitu era
keterbukaan.
dan sudah banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyalurkan aspirasi. tapi yang
ingin saya sampaikan, menurut saya aksi masih relevan ketika aksi ini bertujuan
untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Menilik kondisi sekarang dimana sangat langka (atau bahkan tidak ada) orang yang menentang penindasan terhadap rakyat tersebut. Cara aksi ini pun masih cukup
efektif dalam menggiring Isu kerakyatan, apalagi ditengah korporasi media yang
ada di Indonesia, membuat masyarakat digiring oleh isu-isu yang oleh media dianggap
menarik.
Untuk mahasiswa UII yang
beranggapan aksi sudah tidak relevan, maka tunjukanlah kawan bahwa kalian
mempunyai solusi yang lebih baik dan konkrit dari aksi yang telah dilakukan
oleh kelompok AMPERA dalam memperjuangkan
hak-hak rakyat yang tertindas. Bukan cuma mengkritik, tapi keluarkanlah solusi-solusi brilian
dengan berbagai cara yang kalian anggap relevan melalui terapan ilmu yang kalian dapatkan di ruang
kelas ataupun softskill yang kalian
dapatkan di organisasi kampus. karena rakyat tidak menuntut kalian harus memperoleh banyak prestasi
akademik, tapi dengan mengimplementasikan ilmu yang didapat di kampus untuk
mensejahterakan rakyat, bukan
“mengibuli” rakyat. Mengutip dari Wakil Rektor III, Abdul
Jamil “mahasiswa UII seharusnya membela rakyat yang butuh dibela”.
Untuk pergerakan mahasiswa UII
selanjutnya marilah bersama-sama memperjuangkan kepentingan rakyat, lupakanlah
sejenak dari lembaga, organisasi atau
fakultas mana kalian berasal. tapi ingatlah kawan bahwa kita semua berasal dari
satu almamater yaitu Universitas Islam Indonesia, dan satu tujuan yaitu “peduli akan
kesejahteraan rakyat”. karena kita
merupakan mahasiswa.
*penulis merupakan Mahasiswa Teknik Kimia 2013
0 comments:
Post a Comment