SEPUTAR PROFESI

"LPM PROFESI FTI UII Adakan Workshop Jurnalistik Sabtu (01/11)"

Untaian "Kata" PROFESI

Lembar berisikan berita milik PROFESI

SEPUTAR PROFESI

Pengrajin Gerabak sedang membakar karyanya agar kokoh.

Diskusi Bersama

Para Caleg (Calon Legislatif) KM FTI dalam acara Diskusi Bersama oleh LPM PROFESI

Pekan Taaruf FTI UII 2014

Suasana Pekan Taaruf (Pekta) 2014 di lingkungan FTI UII.

Showing posts with label Kampusiana. Show all posts
Showing posts with label Kampusiana. Show all posts

5/6/15

Prahara Key-in Manual

Oleh: Surya, Ianra, Ikhwan


Kita tau namanya sistem, pasti ada kelemahan, misalnya saja waktu dia key-in nyendat ,atau trouble atau mati listrik, sehingga mahasiswa gak bisa key-in online, cara mengatasinya dengan cara key-in manual itu” ujar Faisal.

Key-in, untuk mahasiswa baru mungkin sebuah kata masih terasa asing.  Key-in merupakan prosedur yang harus dilakukan mahasiswa dalam merancang jadwal akademiknya selama satu semester, key-in menurut sebagian orang dapat dikatakan ‘waktu perangnya mahasiswa’, karena dalam key-in tersebut, mahasiswa akan berebut kelas dan dosen untuk melancarkan studinya selama satu semester kedepan, tetapi karena hal tersebut dilakukan  secara online, maka key-in tidak selalu lancar, banyak  kendala-kendala terjadi ketika kita melakukan key-in  terutama  akses untuk masuk ke dalam website-nya . Seperti yang pernah di alami oleh Naila mahasiswa Teknik Industri angkatan 2010 “kalau key-in di FTI (Fakultas Teknologi Industri) kemaren kan semuanya ada 5 jurusan semuanya udah full, satu angkatan saja udah banyak, apalagi 5, nah itu yang bikin lemot, berat, ya terus jadi malah membebani mahasiswa sendiri, sudah merancang bagus-bagus malah pas di klik sistemnya eror dan berubah lagi jadwalnya” ,
Key-in  secara online sebenarnya merupakan  solusi dari UII, karena awal-awal sebelum dilakukan  secara online, UII menerapkan key-in manual yang dulu sangat merepotkan bagi bagian Akademik, divisi SIM, dan bagian Pengajaran saat awal perkuliahan akan dimulai. Banyaknya mahasiswa UII saat ini tidak memungkinkan lagi untuk melakukan KRS secara manual. KRS online ini merupakan kewajiban bagi seluruh mahasiswa supaya bisa melakukan registrasi atau memilih kelas untuk proses perkulihan nantinya. Tetapi sistem KRS online ini  masih banyak dikeluh mahasiswa UII khususnya FTI, karena  sistem ini membuat sebagian mahasiwa mengalami kesulitan untuk memilih mata kuliah yang akan diambilnya. Seperti komentar dari Raida mahasiswi UII dari FTI  jurusan Teknik Kimia ini yang mengatakan “ saat melakukan KRS online tidak lancar, dari saat mengakses ke websitenya,log-in yang selalu gagal, terus sampai beberapa menit membuang banyak waktu yang disediakan untuk key-in, juga mengacaukan jadwal yang telah diatur sebelumnya.”
Kurang efektifnya key-in online yang telah dilaksanakan oleh FTI, disadari oleh jurusan-jurusan yang ada di FTI, oleh karena itu jurusan mengambil kebijakan untuk mengatasi masalah key-in online itu dengan diadakannya  key-in Manual, Kepala Jurusan Teknik Kimia dan Teknik Tekstil (TK-TT) Faisal menerangkan bahwa ,” kalau key-in otomatis atau langsung itu ,mahasiswa itu langsung ,ya melalui online ,mata kuliah yang di ambil semester genap ini ,lalu kita tau namanya sistem, pasti ada kelemahan, misalnya saja waktu dia key-in nyendat ,atau trouble atau mati listrik, sehingga mahasiswa nggak bisa key-in online, cara mengatasinya dengan cara key-in manual itu”
Lain halnya dengan Ega Adrianto dari jurusan Teknik Industri “iya kendala overload server yang harus utama diperbaiki, karena ada teman saya yang gagal key-in gara-gara dia susah masuk dikarenakan kecepatan internet dia kurang cepat. Sehingga, ketika masuk kelas sudah banyak yang penuh” komentarnya singkat saat diwawancarai Profesi tentang kendala saat KRS. Hal tersebut menciptakan masalah baru lagi, bagi mahasiswa yang merasakan kuota kelas melebihi kapasitas yang telah disediakan, akhirnya kurang mendapat fasilitas yang ada, dan mendapat ilmu yang kurang maksimal oleh mahasiswa yang aktif.
Sebagian dosen tidak setuju dengan penambahan kuota yang ada. Seperti yang dikatakan Farham dosen tetap FTI jurusan Teknik Kimia “saya sangat tidak setuju (penambahan kuota), karena saya pernah mengalami sendiri dulu waktu rapat dosen, disepakati maksimal mahasiswa 61 kelas, sekarang 92 kelas, seperlima kalinya. Menyebabkan efektifitas menyampaikan materi dan pengendalian kelas tidak efektif, terutama dibagian belakang yang ribut, mau diancamkan juga tidak boleh, kita kan menegur aja, jangan mengganggu temannya yang lagi belajar, kalo mau tidur silahkan tapi jangan mengganggu” keluhan Farham.
Masalah-masalah KRS tersebut lebih dipahami oleh ketua jurusan TK-TT dalam wawancara singkat dengan Faisal, Rabu (01/04/2015) “sistem pasti mempunyai kelemahan misalnya waktu dia key-in mengalami trouble atau mati listrik. Sehingga mahasiswa tidak bisa mengalami key-in online, sehingga harus melakukan key-in secara manual, tapi itu harus melalui jurusan, dari jurusan menghubungi divisi SIM lalu dari divisi SIM itu meminta petugas untuk meng-key-in-kan secara manual. Sistem key-in juga dapat menolak pada proses key-in karena beberapa alasan, misalnya mengambil 23 sks padahal sks yang dimiliki hanya 21, selain itu terlambat membayar spp juga tidak dapat melakukan KRS karena itu dilakukan key-in manual”. Faisal juga mengomentari tentang masalah kuota yang melebihi batas setiap kelasnya ,” perkuliahan hanya dapat memprediksi jumlah angkatan mahasiswa yang akan mengambil mata kuliah tapi yang tidak bisa diprediksi adalah mahasiswa angkatan atas yang akan mengulang. Karena diprediksi yang mengulang hanya 10% tetapi kenyataannya 20%, hal tersebut mengharuskan untuk membuka kelas paralel, untuk menghindari kondusif kelas yang tidak kondusif.
Dalam proses KRS setiap sistem tentu memiliki kendala, bagaimana mengaturnya harus dengan kerjasama baik itu dari pihak server kampus ataupun dari mahasiswa sendiri. Faisal juga menambahkan beberapa saran terkait dengan proses key-in, “pertama mahasiswa itu harus disiplin, harus melihat kalender akademik. Kedua menghitung kuota, supaya mengetahui jatah yang akan diambil semester selanjutnya. Terakhir jangan terlambat atau lupa untuk membayar spp, karena jika terlambat akan dikenai pinalti dengan pengurangan 3 sks, jika melewati batas tanggal yang ditentukan”, tambahnya. Begitu juga beberapa saran dari beberapa mahasiswa untuk lebih utama memperbaiki sistem, diperbesar, atau dengan pembedaan jadwal antara angkatan tua dan muda.
Tentunya diharapkan dari masalah yang ada agar tidak terulang lagi, dan berharap banyak dari pihak kampus terutama dari bagian Akademik, divisi SIM, bagian Perkuliahan, dan mahasiswa dapat bekerjasama dengan baik. Sebaiknya saling menampung saran yang masuk dan tetap mencari solusi yang terbaik untuk memecahkan masalah.

KAWASAN FTI BEBAS ASAP ROKOK

Oleh: Yuniar Trias dan Febrian Amri


       Rabu 31 Desember 2014 beredar surat pemberitahuan di lingkup FTI UII mengenai “FTI menjadi Kawasan Bebas Asap Rokok”. Keputusan ini berlaku sejak 1 Februari 2015. Akan tetapi pada realitanya masih ada mahasiswa yang  tidak mempedulikan peraturan yang diberlakukan di kawasan FTI UII.
Banyak argumentasi mengenai ketidak konsistenan peraturan yang sudah berlaku ini.   Alfian misalnya, mahasiswa dari jurusan Hukum Islam angkatan 2014 ini mengatakan, walau saya bukan perokok, setidaknya untuk pemberlakuan kawasan FTI UII bebas rokok di berlakukan apabila FTI UII sudah menyediakan hak atas tempat untuk merokok bagi perokok. Menurutnya apabila peraturan itu berlaku sejak bulan Februari 2015 itu memang sudah keputusan terbaik yang dibuat FTI UII karena banyak mahasiswa yang tidak suka asap rokok juga. Berbeda dengan pendapat Dio, mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2014 mengatakan bahwa dia sangat tidak setuju dengan keputusan pemberlakuan larangan merokok di lingkungan FTI UII, karena pemberlakuan itu dapat berjalan dengan baik apabila dari pihak FTI sendiri menyediakan tempat untuk merokok bagi perokok yang ada d FTI UII. Dari dirinya sendiripun memuncullkan  argumentasi pro dan kontra, “saya sebagai perokok, ada kontranya ada pronya. Kontranya kurang bebas, pronya terlihat lebih tertib karena UII. Rokok kan juga hukumnya makruh”, Ucap Dio saat diwawancarai Profesi. Sebagian besar mahasiswa FTI UII maupun yang  tempat belajarnya di kawasan FTI UII adalah perokok, sehingga sejak berlakunya peraturan itu para perokok dapat merokok di tempat yang telah di sediakan oleh pihak FTI UII.
            Dari pihak dekanat sendiri, Iman Djati Widodo selaku kepala Dekan FTI UII mengatakan bahwa sebenarnya merokok di lingkungan kampus memang tidak diperbolehkan, itu merupakan kebiasaan yang haarus dirubah.  Prinsip dari peraturan itu sebenarnya adalah UII ingin lingkungannya bebas asap rokok. Tujuan dari surat edaran keputusan kawasan FTI UII Bebas Asap Rokok adalah untuk melatih diri untuk bersikap disiplin dan agar tidak mengganggu kenyamanan dari orang lain. Keputusan kawasan bebas asap rokok dilingkungan FTI UII memang sudah berjalan, akan tetapi masih banyak beberapa mahasiswa yang merokok di dalam gedung FTI UII. Untuk penyediaan tempat bagi perokok yang aktif masih dalam proses pengerjaan.  “Sebetulnya kita sudah putuskan, sebelum tempat itu jadi, sementara mahasiswa disediakan tempat di pojokan pertigaan jalan menuju parkiran. Tempat itu lumayan luas, sebetulnya disitu merupakan tempat merokok sementara. Kita sudah sosialisasikan ke satpam dan seterusnya untuk mengarahkan kesana. Cuma disini harusnya sudah selesai, pemborongnya mungkin belum bisa menyelesaikan. Kalau itu sudah selesai nanti kita akan tegakkan, sekarangkan masih dalam tanda petik belum sepenuhnya ditegakkan, bisa dikatakan seperti itu. Tapi begitu ini beres, kita tegakkan betul.” Ujar Imam.  Tidak hanya untuk mahasiswa peraturan itu berlaku, melainkan untuk dosen dan para staff devisi di lingkup kawasan FTI UII serta untuk penggunaan tempat yang disediakan untuk merokok itu juga untuk mahasiswa, dosen, staff devisi serta pihak dekanat sendiri.
Sanksi pemberlakuan peraturan itu sendiri untuk mahasiswa adalah seperti halnya diperingatkan terlebih dahulu untuk tidak merokok dikawasan FTI UII, walaupun itu di tempat bekas smoking area. Apabila masih ada pelanggaran lagi, maka akan ada tindak lanjut seperti peringatan keras  serta  pengambilan  kartu mahasiswa.
Sosialisasi dari pihak dekan sehubungan dengan peraturan kawasan bebas arap rokok ini akan ditindak lanjuti sesuai dengan tempat yang sudah disedikan oleh pihak FTI.  Untuk sementra memang disediakan untuk merokok disekitar area pertigaan menuju parkiran di dalam gedung FTI. Apabila untuk tempat yang disediakan sebenarnya sudah selesai dalam pengerjaannya, maka pihak FTI akan mensosialisasikan dan memulai dengan tindakan yang ketat akan peraturan di kawasan FTI UII.

Peningkatan Pelayanan Terpadu FTI, Renovasi Menuju Lebik Baik

oleh Johan Aiman, Putri Pamuji R.S

 Renovasi ini dilakukan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan kesetaraan pelayanan terpadu kepada mahasiswa Fakultas Teknologi Industri,  ”  ungkap Sukirman, ketua pelaksana renovasi.



                 Berubahnya lokasi dari beberapa divisi di Fakultas Teknologi Industri menyimpan beberapa pertanyaan dari para mahasiswa. Tepatnya pada tanggal 16 Maret 2015, hari pertama mahasiswa FTI masuk di semester genap setelah liburan UAS (Ujian Akhir Semester) ganjil. Kebanyakan dari pertanyaan mengenai hal ini ialah “Mengapa sedang dilakukan renovasi pada setiap divisi? Padahal sebelum liburan UAS semester ganjil, lokasi masih tampak  seperti biasanya .

Dalam renovasi divisi ini ada beberapa orang atau divisi yang terlibat, yaitu  Sukirman sebagai ketua pelaksanaan renovasi dan Karsiyono sebagai ketua divisi pembekalan. Selain itu, divisi perbekalan juga berperan dalam suatu renovasi ruang kelas yang ada di FTI.

Karsiyono, Ketua Divisi Perbekalan mengatakan bahwa renovasi yang sedang berjalan hingga saat ini telah dimulai sejak Februari 2015. Renovasi ini memang sengaja dilakukan saat mahasiswa FTI sedang liburan setelah Ujian Akhir Semester Ganjil. Tujuanya agar tidak mengganggu aktivitas perkuliahan. Jika renovasi divisi dilakukan saat mahasiswa sedang aktif belajar, maka akan sangat mengganggu aktivitas mahasiswa di kampus.

Peran dari pihak divisi perbekalan itu sendiri adalah mengawasi jalannya renovasi divisi yang sedang berjalan. Entah itu dari tenaga kerja maupun menyediakan dan memeriksa alat-alat serta bahan-bahan yang digunakan dalam renovasi. Renovasi ini dilakukan hanya saat diperlukan saja, bukan kegiatan rutin setiap bulan ataupun tahun. Kebijakan renovasi ini dilakukan atas anggaran dana yang tersedia serta didasarkan atas keputusan fakultas bersama tim reorganisasai tingkat divisi.  “ Tujuan dari dilakukan renovasi ini untuk memudahkan mahasiswa FTI untuk melakukan administrasi.” Tutur Karsiyono, selaku ketua divisi perbekalan.

Sukirman, Ketua Pelaksana renovasi ini menjelaskan bahwa latar belakang dan tujuan dari renovasi ini adalah memberikan sekaligus memperbaiki pelayanan mahasiswa yang lebih baik, memberikan kesetaraan antara fakultas dengan mahasiswa, dan lebih menghargai konsumen.

 Pada saat ini pihak fakultas sedang mengimplementasikan rancangan tentang penataan kembali organisasi di tingkat divisi (re-organisasi). Karena itu pekerjaan dari akademik, maka dipersatukan divisi yang di lantai satu hanya ada divisi perkuliahan saja, dan yang lainnya seperti bagian divisi ujian dan KPTA berada di bassement menjadi satu divisi.

Dibagian Bassement juga terdapat bagian divisi administrasi akademik yang telah disatukan. Hal tersebut bertujuan agar pelayanan terhadap mahasiswa dan infrakstrukturnya lebih terpadu sehingga mahasiswa tidak perlu menguras tenaga naik turun untuk mengurus administrasi, pun datanya lebih sinkron, dan mempermudah pengendalian. Untuk divisi perkuliahan atau bagian presensi masih berada di lantai satu, supaya mempermudah dan lebih menghormati dosen untuk memberikan presensi kepada mahasiswa.

Sebelum dilakukan renovasi, ada pertimbangan khusus mengenai ruangan yang lebih luas dan lebih menyatu. Sebelum melakukan renovasi divisi, pihak terkait dalam renovasi juga telah mempertimbangkan tentang ruangan kelas yang bermasalah. Akan tetapi, pada renovasi saat ini lebih diprioritaskan pada perbaikan divisi. Pada renovasi ini juga mempertimbangkan administrasi mahasiswa yang pada saat ini belum optimal. “ Jika mahasiswa masih memiliki keluhan mengenai kelas yang bermasalah, hal ini bisa disampaikan langsung ke pihak fakultas agar segera diperbaiki.” Jelas Sukirman, ketua pelaksana renovasi.

Parkiran Ranah Yayasan

Oleh : Fajar dan Tari
Reportase bersama : Fajar, Dicky dan Tari


Tali menjulang panjang di kawasan parkiran Fakultas Teknologi Industri (FTI). Pemandangan itu selalu terlihat di pagi hari, ketika mahasiswa hendak memarkirkan kendaraannya. Petugas terlihat sibuk mengarahkan kendaraan ke arah pojok utara parkiran guna memaksimalkan volume parkiran yang sudah tidak relevan lagi dengan jumlah kendaraan mahasiswa. Banyaknya mahasiswa yang menggunakan kendaraan bermotor, memaksa parkiran merelakan lajur pejalan kaki untuk di tempati kendaraan yang membludak.
Menanggapi hal ini, Wakil Rektor II yang menangani bidang sarana dan prasarana mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan membludaknya kendaraan mahasiswa yaitu kesalahan prediksi terhadap jumlah mahasiswa baru tahun 2014/2015. “Karena kesalahan memprediksi mahasiswa baru. Awalnya sekitar 4500-an sampai melonjak 6400an. Kenapa? Ini terkait dengan tes yang ada di luar UII. Mereka registrasi seminggu menjelang penutupan. Sehingga panitia PMB tidak bisa mengira secara pasti. Salah satu dampaknya, parkiran membludak.”
Wakil Rektor II menambahkan, bahwa urusan parkiran secara fisik merupakan tanggung jawab yayasan, rektorat hanya mengelola bangunan yang sudah ada. “Kalau mahasiswa ingin mengusulkan penambahan lahan parkir, sebaiknya tidak melalui rektorat melainkan langsung ke yayasan agar segera di realisasikan”, tambahnya. Adit, salah satu mahasiswa FTI mengatakan, parkiran sebaiknya dibedakan tiap-tiap fakultas untuk menghidari membludaknya parkiran. “sebaiknya parkiran mahasiswa itu dibedakan perfakultas, agar tidak terjadi pembludakan.” Namun sebaliknya, Nur Feriyanto selaku Wakil Rektor II mengatakan, bahwa seluruh wilayah UII adalah milik warga UII. Tidak ada pengkhususan. Suatu gedung atau lahan parkir, itu merupakan milik warga UII. “Konsepnya, milik UII adalah untuk seluruh warga UII,” jelasnya. Konsep tersebut bertujuan untuk efisiensi tempat dan ruangan. Jadi tidak ada mahasiswa yang tidak mendapatkan parkiran ataupun ruang kuliah karena seluruh gedung yang berada di UII adalah milik warga UII.
Kedepannya, UII akan memberlakukan karcis masuk buat semua kendaraan yang memasuki wilayah kampus terpadu. Pemberian karcis tersebut berfungsi untuk asuransi bagi motor yang dikendarai. Sehingga bila terjadi kehilangan, bisa meminta pertanggung jawaban kepada pihak kampus. Namun, pengecekan STNK masih berlaku, untuk menghindari pencurian kendaraan. Harapan Nur Feriyanto selaku Wakil Rektor II, “badan wakaf bila memberikan aset betul betul berkualitas, dan untuk mahasiswa, harus bersikap kontrol. Mahasiswa harus menyuarakan, tapi harus tahu kemana. Jangan sampai cuman menyalahkan dekan”, tambahnya di akhir wawancara.


12/1/14

PARKIRAN MEMBELUDAK, BELUM ADA SOLUSI PASTI

“Dalam satu-dua periode wisuda mungkin mahasiswa berkurangnya cukup banyak sehingga harapannya parkiran bisa kembali normal”


Banyak hal yang berubah setelah pekan ta’aruf  universitas maupun fakultas di kampus perjuangan Universitas Islam Indonesia (UII) usai. Fakultas Teknologi Industri (FTI) terutama, hal yang paling menyilaukan mata ketika masuk ke lingkungan kampus FTI adalah ratusan kendaran bermotor menghambur hampir di setiap tempat yang sebenarnya bukan lahan parkir.
 Parkiran motor yang dikelola oleh FTI selama hampir dua bulan ini sudah melebihi kapasitasnya. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah mahasiswa baru di empat fakultas yang menggunakan lahan parkir tersebut yaitu Fakultas Teknologi Industri (FTI), Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI). Akibatnya, banyak mahasiswa dirugikan dalam hal waktu dan keamanan.
            Dengan membeludaknya parkiran, lapangan basement FIAI menjadi alternatif lahan parkir. Bahkan halaman GOR UII menjadi lahan parkir berikutnya, jika parkiran di lapangan basement FIAI dan parkiran di FTI sudah melebihi batasnya.
            Imam Djati Widodo membeberkan terkait penentuan jumlah mahasiswa baru di FTI “Dari setiap prodi (program studi.red) mengajukan kuota mahasiswa baru tetapi ada estimasi dari rektorat dalam menentukan jumlah mahasiswa barunya,” ujar Dekan FTI tersebut. Ada estimasi penambahan kuota mahasiswa baru yaitu 10-20%. Prediksi yang awalnya untuk menutupi kuota yang ditentukan prodi jika banyak mahasiswa baru yang mengurungkan niat untuk kuliah di UII, malah menimbulkan masalah yaitu parkiran yang melebihi batas maksimal.
            Petugas penjaga parkir juga kewalahan dalam menangani realita ini. Akhirnya, divisi perbekalan FTI mengarahkan para petugas kebersihan untuk membantu menjaga parkir dan mendirikan stand pengecekan STNK di depan FTI, dengan pembagian shift penjagaan, petugas-petugas yang berjumlah 14 orang harus membagi tugas utama mereka memelihara kebersihan dan keindahan kampus FTI UII dengan menjaga parkir yang menjadi tugas tambahan dari Divisi Perbekalan.
Dengan realita yang fenomenal ini, solusi konkret harus segera direalisasikan dengan cepat. Solusi dari orang-orang yang bersangkutan juga beragam. “Penambahan personil petugas keamanan dan pembuatan lahan parkir baru karena kasihan adik-adik mahasiswa harus parkir di GOR,” Ujar Agus selaku koordinator keamanan FTI kepada PROFESI. Dekan FTI juga tak ketinggalan untuk dimintai solusi mengenai membeludaknya parkiran, “Pihak universitas bisa memikirkan untuk mengelola parkiran dan tambahan ruang parkir serta rencana tahun depan dalam menentukan jumlah mahasiswa baru dengan estimasi yang tepat.,” Tegas Imam. Dekan FTI juga berasumsi bahwa dalam satu-dua periode wisuda mungkin mahasiswa berkurangnya cukup banyak sehingga harapannya parkiran bisa kembali normal.
            Keluhan mahasiswa juga beragam, Aulia mahasiswa Teknik Elektro mengungkapkan, “seharusnya dari pihak fakultas atau jurusan memperhitungkan dalam menentukan mahasiswa baru dan keamanannya juga kurang karena banyak helm yang hilang di luar parkiran FTI,” Ungkap mahasiswa asal Dompu, NTB tersebut. Berbeda dengan Aulia, Dzulfiqar berpendapat parkiran membeludak karena jumlah mahasiswa yang masuk tidak sebanding dengan mahasiswa yang lulus. “Rekonstruksi dan perbaharui parkirannya, entah itu mau dibuat tingkat atau mau bagaimana yang penting tidak ada lagi yang parkir sembarangan,” Lanjut mahasiswa Teknik Informatika tersebut. (Tantowi Alwi reportase bersama Romly)


9/9/14

Sekilas Tentang Atribut

SETELAH mengikuti berbagai rangkaian kegiatan Pesona Ta’aruf (PESTA) UII pada 3-4 September 2014, mahasiswa dan mahasiswi baru FTI UII diharuskan mengikuti Pekan Ta’aruf (PETA) FTI UII 2014 yang diadakan pada 8-9 September 2014. Setiap maba-miba FTI UII disyaratkan untuk membawa serta atribut dan beberapa barang bawaan yang telah diberitahukan kepada peserta PETA FTI UII pada saat technical meeting pada 6-7 September 2014.
Atribut PETA FTI UII 2014 kali ini mengusung tema Budaya. Di dalam atribut tersebut juga terdapat unsur 5 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) FTI UII, yaitu Teknik Informatika, Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Industri dan Teknik Kimia. Tahun ini dipilih tema budaya karena menurut Komisi B yang mengatur tentang ketentuan atribut tahun ini, merupakan tema yang sederhana sehingga tidak merepotkan mahasiswa-mahasiswi baru.
Pada tahun ini ada yang berbeda pada atribut peserta PETA FTI UII 2014 dari tahun sebelumnya, yaitu nomor jemaah yang terdapat di atas kepala maba-miba.Padamaba, nomor Jemaah disematkan di peci. Sedangkan pada miba, nomor jemaah disematkan pada pita yang ditaruh diatas kepala. Hal ini dimaksudkan oleh panitia untuk memudahkan para wali jemaah untuk menemukan para anggota jemaahnya.
Hal lain yang terkait dengan atribut, stempel merupakan hal yang wajib ada di co-card peserta.  Stempelinidimaksudkansebagaitandalegalisasiatributpeserta PETA FTI UII 2014 agar tidakadapihakdariluarFTI UII yang membuat atribut secara illegal dengan harga di atas standar. Namun, disisi lain sudah menjadi budaya bahwa setiap tahun selalu ada pihak-pihak yang juga menyediakan jasa pembuatan atribut untuk maba-miba PETA FTI UII. Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah kelima HMJ yang ada di FTI UII. Menanggapi hal tersebut, komisi B mengatakan bahwa panitia tidak bias menghindari hal tersebut mengingat bahwa panitia PETA FTI UII 2014 juga merupakan anggota dari kelima HMJ yang ada di FTI UII. Maka dari itu pihak komisi B tidak secara tegas melarang pihak HMJ untuk menyediakan jasa pembuatan atribut peserta PETA FTI UII 2014. Hal tersebut juga dikarenakan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan tersebutakan digunakan oleh pihak HMJ untuk kegiatan mahasiswa, bukanuntukpribadi.
Sejauh ini, tidak ada peserta PETA FTI UII 2014 yang mengeluhkan tentang masalah atribut kepada panita. Namun terkadang masih banyak juga mahasiswa baru yang tidak melengkapi atributnya ataupun tidak menggunakan atribut sesuai dengan yang telah ditetapkan panitia, sehingga mereka harus menanggung resiko mendapat sanksi dari Departemen Penertib Lapangan (DPL). (Ryan, Farida)

Kami yang melanggar


TERLIHAT barisan-barisan mahasiswa baru di kampus Universitas Islam Indonesia (UII) terpadu dipagi ini, senin (8/9). Mahasiswa baru yang akan berjuang dikampus para pejuang ini tengah mengikuti kegiatan Pesona Ta’aruf (PETA) yang rutin dilaksanakan setiap tahun di Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII. PETA sudah seperti tradisi penyambutan mahasiswa baru, segenap rangkaian acara disusun sedemikian rupa dengan tujuan yang positif. Tujuan adanya PETA adalah untuk memperkenalkan FTI kepada mahasiswa baru. Kegiatan ini diawali dengan pengkondisian peserta PETA sebelum dimulainya acara pembukaan.

Semua perlengkapan yang telah ditentukan oleh panitia diperiksa satu persatu. Atribut, barang untuk bakti sosial, alat tulis dan juga perlengkapan sholat menjadi fokus Departemen Penertib Lapangan (DPL). Ditemukan beberapa pelanggaran peserta PETA, diantaranya barang bawaan mereka yang tidak lengkap atau berlebih, membawa barang yang tidak diperlukan selama acara PETA berlangsung dan beberapa pelanggaran lainnya.
Pengkondisian yang dilakukan oleh DPL ini tidak hanya memeriksa barang bawaan peserta PETA namun juga dilakukan penyitaan barang bawaan yang tidak dibutuhkan selama kegiatan. Barang sitaan dikumpulkan di salah satu anggota departemen keamanan. Barang sitaan ini akan dikembalikan kepada pemilik setelah berada dijamaah masing-masing. Dikantong yang berwarna hitam itu terdapat berbagai jenis barang sitaan diantaranya, pisang, beberapa botol bee jelly, bahkan juga kacamata hitam. Sesuai dengan Tata Tertib PETA 2014 apabila melanggar Ketentuan Umum Peserta nomor 13 yaitu “membawa barang bawaan yang telah ditentukan oleh komisi B” maka akan dikenakan sanksi sedang.
Peserta peta yang melanggar Tata Tertib Peta 2014 dibariskan disamping barisan kelompoknya untuk menjalankan sanksi sesuai ketentuan. Dari barisan itu terlihat ada yang berbeda dari salah satu peserta PETA. Tak terlihat atribut dipunggungnya, salah satu anggota dari jemaah delapan belas terlihat tidak mengenakan co-card yang telah ditentukan oleh panitia. Ketika ditemui tim profesi, peserta tak ber co-card yang tidak berkenan disebutkan namanya ini menjelaskan alasan dia tak mengenakan co-card karena co-card buatannya dititipkan kepada temannya yang tidak sempat ketemu sebelum acara dimulai. Serentetan sanksi ia terima karena pelanggarannya ini, membacakan surat pendek, membuat co-card cadangan dan juga diminta meminta maaf kepada pohon dan tiang.
Meskipun ada pemberian sanksi yang tidak tertulis dalam Tata Tertib Peta 2014, hal tersebut adalah sebuah improvisasi dari DPL. “itu kan improvisasi dari DPL, dari komisi B nggak membatasi buat DPL selama masih dalam tuntunan yang dikasih dari komisi B. Ibaratnya masih dalam batas wajarlah” papar Indra selaku Koorninator Kom B. Segala bentuk hukuman yang tidak tertulis dalam Tata Tertib Peta 2014 dan masih dalam batas wajar dianggap improv dari DPL.
Tentu saja mahasiswa baru berkomentar akan bentakan DPL itu, dua mahasiswi dari prodi Teknik Industri yang tidak berkenan disebutkan namanya mengatakan bahwa bentakan dari DPL itu biasa saja dan sewajarnya. Salah satu mahasiswi Teknik Informatika juga memberi komentar senada, bahwa tindakan dari DPL masih sewajarnya, dia juga menambahkan harapan kedepannya agar DPL lebih tegas dalam artian masing-masing DPL memberikan instruksi yang sama dan tidak berbeda pandapat saat pemberian perintah kepada peserta. (Retno)

Inovasi Konsep Pekan Taaruf (PETA) FTI 2014

“Karena acara ini adalah pekan ta’aruf, maka kita akan mengenalkan semua aspek yang ada di dalamnya. Termasuk juga dengan Himpunan jurusan yang selama ini dalam pekan ta’aruf tahun-tahun sebelumnya tidak pernah ada,”


RANGKAIAN kegiatan perkenalan mahasiswa baru di Universitas Islam Indonesia (UII) terus berlanjut, terutama di fakultas teknolgi industri. Senin (8/9) pukul 07.00 WIB tampak wajah-wajah semangat dari mahasiswa baru pada pembukaan PETA (Pekan Taaruf) 2014. Terlihat juga para panitia pelaksanaan sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing.
            Tidak terlihat perbedaan yang dominan dari kegiatan rutin yang ada setiap tahun ini, semuanya tampak biasa. Pemeriksaan atribut oleh Departemen Penertib Lapangan (DPL), pembukaan, perkenalan UKM, dan lain sebagainya. Kegiatan yang paling berbeda dari PETA tahun ini adalah adanya perkenalan himpunan jurusan yang dari tahun-tahun sebelumnya tidak pernah ada. Berbagai macam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM),  lembaga khusus fakultas, dan himpunan mahasiswa akan diperkenalkan dalam kegiatan ini.
             “Karena acara ini adalah pekan ta’aruf, maka kita akan mengenalkan semua aspek yang ada di dalamnya. Termasuk juga dengan Himpunan jurusan yang selama ini dalam pekan ta’aruf tahun-tahun sebelumnya tidak pernah ada,” papar Adhi selaku ketua Steering Comitte (SC). Perkenalan tentang dunia perkuliahan juga tentang FTI UII adalah hal yang ditekankan dalam konsep kegiatan PETA. Diadakannya expo dalam kegiatan tersebut adalah cara yang dipilih oleh panitia untuk mensosialisasikan lembaga dan segala unit kegiatan yang ada dilingkungan FTI UII.
            Evaluasi dari kegiatan PETA tahun sebelumnya menjadi patokan bagi SC dalam pembuatan konsep kegiatan PETA tahun 2014. Penghapusan kegiatan simulasi aksi adalah salah satu contoh dari kebijakan baru ini, karena dirasa kurang efektif dalam pelaksanaannya. Inti dari kebijakan baru ini adalah mengambil apa yang sekiranya baik, dan menghapuskan kegiatan yang dirasa sedikit manfaatnya.
            “Dengan bergantinya status siswa menjadi mahasiswa, diharapkan mahasiswa baru mulai beradaptasi pula dengan lingkungan yang baru, tidak terus bergantung pada guru seperti di SMA”, tutur rahma selaku anggota SC kepada Profesi. Konsep yang disusun sedemikian rupa oleh jajaran SC bertujuan agar mahasiswa baru saling mengenal, karena di dunia perkuliahan mereka pasti akan saling membutuhkan dengan teman dari jurusan lain, tambahnya. (Qisti, Romly)

Pos Kesehatan Tanpa Perlengkapan Kesehatan


SENIN (8/9) 2014. Pukul 05.30 aktivitas di pos kesehatan PETA 2014 yang bertempat di ruang 01.05 sudah terlihat dengan adanya dua mahasiswa baru peserta PETA yang sudah berada di ruangan. Dua mahasiwa baru tersebut di antaranya Ilman jurusan Teknik Indutri yang mengaku terdapat pen (pemasangan skrup pada tulang) dikakinya sehingga tidak dapat melakukan beberapa rangkaian aktivitas berat, dan Ivan jurusan Teknik Informatika yang memiliki masalah pernafasan. Di pos kesehatan tersebut hanya ada dua orang panitia yang berjaga yaitu Anjani dari Teknik Industri dan Nita dari Teknik Kimia. Sedangkan yang lain berjaga di pos masing - masing. "2 orang berjaga di Gerbang UII, di jembatan depan Kahar 1, di Parkiran 2 orang, di Rektorat 4 orang, di Bunderan deket parkiran 2, di depan (dekat panggung acara) 2 orang, terus di dalem sini (hall) 2 orang" jelas Nita.

            Di dalam ruangan tidak ada penanganan khusus untuk para peserta yang sakit, karena menurut panitia peserta hanya butuh istirahat begitu pula untuk beberapa peserta lainnya. Terkecuali salah satu peserta dari Teknik Elektro yang dilarikan ke Rumah Sakit karena masalah jantung. Dalam penangananya Departemen Kesehatan dibantu beberapa orang dari Departemen lain seperti Humas, untuk mengevakuasi peserta yang sakit.
            Di dalam pos Kesehatan tidak terdapat perlengkapan maupun alat - alat kesehatan yang seharusnya. Hanya beberapa lembar tikar untuk duduk dan rebahan para peserta, dan sekat antara tempat istirahat laki - laki dan perempuan. "Box obatnya cuma satu dan dibawa ke depan (area panggung)." Ungkap Nita. Padahal disaat yang bersamaan seorang peserta membutuhkan obat, akibatnya panitia harus mencari obat ke sana – kemari. Bahkan gelas untuk minum peserta pun tidak tersedia, sehingga panitia harus mencari ke Departemen Konsumsi. "Ada yang bawa gelas, tapi engga atau siapa." tutur Anjani. Perlengkapan kesehatan sendiri tiba di pos Kesehatan sekitar pukul 09.00. (Helmy)