SEPUTAR PROFESI

"LPM PROFESI FTI UII Adakan Workshop Jurnalistik Sabtu (01/11)"

Untaian "Kata" PROFESI

Lembar berisikan berita milik PROFESI

SEPUTAR PROFESI

Pengrajin Gerabak sedang membakar karyanya agar kokoh.

Diskusi Bersama

Para Caleg (Calon Legislatif) KM FTI dalam acara Diskusi Bersama oleh LPM PROFESI

Pekan Taaruf FTI UII 2014

Suasana Pekan Taaruf (Pekta) 2014 di lingkungan FTI UII.

7/25/14

Edukasi di Kolong Tangga

“Walaupun hari ini (31/5) sepi, tapi setiap hari pasti ada pengunjungnya,” ujar Tia saat ditemui di bagian informasi.


Museum Anak Kolong Tangga. Museum ini adalah bagian dari gedung Taman Budaya Yogyakarta (TBY) dan berada dibawah tangga gedung konser TBY, yang terletak di Jalan Sriwedari No.1, Yogyakarta. Museum ini berdiri pada 2008 dan merupakan museum anak dan mainan pertama di Indonesia.

Dilansir dalam blog “Museum Pendidikan dan Mainan Kolong Tangga”, berdiri-nya museum ini berawal dari inisiatif seorang seniman asal Belgia, Rudi Corens. Rudi Corens adalah seorang kolektor mainan dari berbagai negara. Pada awalnya, mainan dalam museum ini berasal dari koleksi pribadi Rudi Corens, jumlahnya berkisar 3.000 buah. Saat ini, dengan tarif Rp 4.000/orang, pengunjung dapat melihat berbagai koleksi mainan dalam museum ini yang sudah mencapai 10.000 buah.

Koleksi dari museum tidak hanya mainan, melainkan segala benda yang berkaitan dengan dunia anak. Sebagian besar dari Indonesia, namun koleksi mancanegara yang berasal dari donatur dan hadiah dari kedutaan besar pun tidak kalah banyak.

Pengunjung museum berasal dari berbagai daerah, luar maupun dalam Jogja. Pengunjung museum ini masih didominasi oleh orang dewasa dibandingkan anakanak. Biasanya, pengunjung anak-anak museum ini berasal dari Sekolah Dasar yang dibagi perkelompok. Dimana satu kelompok terdiri dari 15 - 20 orang. Untuk
pengunjung anak-anak dengan usia dibawah 14 tahun tidak dikenakan biaya. Kecuali untuk kunjungan, akan dikenakan biaya untuk guiding dari relawan Museum Anak Kolong Tangga.

Setiap satu tahun sekali, museum ini melakukan pembenahan dengan mengganti koleksi dan tema dari presentasi Museum Anak Kolong Tangga. Hal ini dilakukan untuk terus memberi wawasan baru bagi pelajar dan seluruh pengunjung museum tentang dunia dan mainan anak di seluruh dunia, dengan harapan jumlah pengunjung bisa terus bertambah setiap tahunnya. (Reiny Handayani Paulus)

Penjaja soal UPCM Hiasi UII

“...Kita tujuannya disini hanya jualan buku, kemudian dapat uang buat makan
sama anak istri gitu aja...” ungkap Dodi seorang penjaja soal UPCM UII."



Kala sinar mentari hendak menyapa bumi pertiwi, Dodi pria paruh baya berbadan gempal dan tinggi tak lebih dengan tinggi sekitar 170-an sentimeter telah terbangun dari mimpi. Seolah tak ingin rezeki yang telah dipersiapkan Sang Khaliq untuknya dipatok ayam. Ia telah bersiap dengan buku-buku berisi prediksi soal-soal Ujian Potensi Calon Mahasiswa (UPCM) yaitu Computer Based Tes (CBT) dan Paper Based Test (PBT) yang disusunnya, hendak ia jajakan di kampus, Universitas Islam Indonesia (UII).

Bersama sandal jepit yang menemaninya. Tepat pukul tujuh pria paruh baya ini juga berlomba dengan mahasiswa UII lain untuk sampai di kampus berikon Masjid Ulil Albab.


Soal-soal yang telah ia susun berasal dari berbagai sumber. Salah satu yang sering digunakan adalah sumber dari penuturan peserta ujian yang gagal. Dodi sedikit demi sedikit mengorek informasi jenis dan bentuk soal, sehingga ia dapat menentukan tingkat kesulitan soal yang ia buat. Soal-soal ujian seleksi di UII tidak dibawa pulang oleh peserta, baik itu seleksi melalui CBT maupun PBT, hal inilah yang membuat Dodi, sang pengepul soal kesulitan.

Ditemani istri tercinta, Dodi menjajakan soal-soal tersebut di kampus rahmatan lil'alamin. Tugas dan spot masing-masing telah jeas. Dodi mengambil tempat di boukevard sebelah utara, sedangkan sang istri berada di selatan Masjid Ulil Albab.

Harga soal yang ditawarkan beragam, mulai dari kisaran 35 ribu sampai 75 ribu
rupiah yang didalamnya sudah termasuk kunci jawaban masing-masing soal. Tidak ada penyamaan harga soal UPCM, jadi berbeda penjual berbeda juga harga yang ditawarkan. Para penjual soal-soal UPCM yang berada di pelataran UII ternyata masih dalam ikatan keluarga dengan mereka berdua. Contohnya saja, penjual yang bertempat di depan Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UII merupakan kakak dari Dodi. Targetnya, tentu para calon mahasiswa baru yang hendak mendaftar kuliah. Umumnya, para calon mahasiswa ini belum memiliki banyak gambaran mengenai soal ujian, sehingga melalui buku prediksi soal-soal UPCM yang disusunnya, ia berharap dapat membantu para calon mahasiswa untuk dapat menjawab soal.

Respon positif diterima Dodi dari peserta ujian yang lolos seleksi dan diterima kuliah, dengan ikhtiar dari peserta yang membeli soal UPCM miliknya. Menurut penuturan Dodi, hal itu terjadi karena soal yang ia buat hampir sama dengan soal yang diujikan di UII. Ia bersyukur atas hal itu.

Untuk hal negatifnya sendiri, soal-soal buatan Dodi tidak memiliki legalitas, karena soal dibuat berdasar dari inisiatif dan pengalaman yang ia dapat sendiri, bukan dari petunjuk dan arahan pihak manapun. Ia hanya mencoba menerkanerka bentuk soal yang telah digambarkan para pembelinya.

 Ia mengaku, ada oknum-oknum tertentu sesama penjual soal UPCM yang melanggar peraturan kampus, tidak boleh berjualan disekitaran Gedung Rektorat, hal tersebut membuat ia dan keluarganya dikejar-kejar petugas keamanan kampus.

 Bayangan benda yang lebih tinggi dari benda aslinya menjadi pertanda bel pulang bagi dirinya dan keluarga, sekitar pukul 15.30 ia sudah harus bersiap-siap untuk membereskan barang dagangannya, konsumen pasarnya telah beranjak dari UII satu per satu.

 Dodi beserta istri ke UII dengan tujuan hanya menjual buku, kemudian dapat uang untuk makan anak dan istri. Ia hanyalah pedagang musiman yang juga seorang pengangguran, mencoba mengais mencari rezeki dari segala ini asalkan halal, sehingga apa yang dimakan anak dan istrinya menjadi berkah.

 Seolah berkaca dari kisah romantis mantan Presiden Republik Indonesia ketiga, B.J. Habibie-Ainun, ia selalu setia ditemani sang istri menjajakan soal-soal UPCM susunannya di kampus perjuangan. Entah sampai kapan, mungkin sampai harapan baru muncul dan terwujud dengan ikhtiar kerasnya yang tiada berujung. (Tri Wahyudi)

"Lantai" Jujur di Pojok Timur

Allah melihat, malaikat mencatat.
Lembaga Dakwah Fakultas “Centris” cipta kantin di pojok guna melatih
kewirausahaan dan kejujuran mahasiswa FTI

Pemandangan yang tidak seperti biasa tampak di sudut lantai 2 FTI. Kantin Kejujuran, sebutan itulah yang menonjol dari kejauhan. Kantin ini merupakan rencana dari Lembaga Dakwah Fakultas “Centris” untuk mengadakan pelatihan kewirausahaan yang ditujukan bagi anggota dari Divisi Finansial Centris.

Tujuan diadakannya kantin kejujuran tak ubahnya untuk pemasukan dan pengembangan kemampuaan berwirausaha dari tiap anggota Centris. Adanya kantin ini “Supaya bagaimana mahasiswa FTI itu untuk belajar kejujuran,” ungkap Rifqi Fatmala selaku Ketua Divisi Finansial Centris.

Namun, keberadaan kantin tersebut lebih lama dari yang direncanakan. Masalahnya, birokrasi yang agak susah ke dekanat. Berbekal usaha lebih, akhirnya Centris dapat berkonsultasi ke Wakil Dekan FTI perihal rencana tersebut. Dengan alasan utama pemasukan Centris, beliau menyetujui dan mengarahkan untuk ke bagian perbekalan. Hal apa saja yang dibutuhkan untuk keperluan kantin tersebut. Begitulah paparan kadiv asal Teknik Kimia 2012.

Dalam penentuan letak kantin, Divisi Finansial Centris telah berdiskusi dengan anggota Centris lainnya dan berkonsultasi dengan wakil dekan untuk membahas letak kantin yang strategis dan tidak mengganggu aktifitas mahasiswa di FTI. Letak kantin di bagian timur dipilih karena itu merupakan jalan utama yang sering dilewati oleh mahasiswa saat masuk ke kampus.

Mengapa di lantai 2?
Mereka beranggapan mayoritas mahasiswa di saat menunggu waktu untuk kuliah atau sedang menunggu dosen, biasanya lapar atau dahaga. Mereka mengambil kesempatan yang ada untuk mendirikan kantin ditengah aktivitas di FTI yaitu di lantai 2 bagian timur.

“Kalau untuk menghalangi jalan, saya rasa nggak menghalangi. Soalnya, posisinya nggak menghalangi,” ujar Rifqi kepada PROFESI.

Senada dengan program itu, Nurul Aulia asal Teknik Elektro 2012 berpendapat tingkat keefektifan program ini didasarkan oleh lokasi dan barang yang didagangkan. “Efektif atau tidaknya, tergantung letak dan apa yang dijual,” ungkapnya.

Modal awal untuk mendirikan kantin berasal dari keuangan Centris sendiri. Dan kedepannya, siapapun yang ingin bekerja sama dengan menitip dagangannya di kantin tersebut, dapat langsung menemui pihak terkait di Centris. (Tantowi)


Bilikku yang Sederhana

Dalam suasana maha pesta demokrasi pemilihan orang nomer satu di Indonesia, terlihat pula pesta demokrasi nan sederhana di lingkungan FTI UII. Acara pemilihan ketua Himpunan Mahasiswa (HM) dari salah satu prodi di FTI UII. HMTI, ya, nama dari Himpunan Mahasiswa Teknik Industri ini tengah menggelar acara dalam rangka memilih ketua himpunan periode 2014-2015. Acara pemilihan ketua HMTI kali ini diselenggarakan di Hall FTI, dengan disediakan dua bilik sederhana untuk pencoblosan. Terlihat beberapa panitia penyelenggara tengah mengurusi proses pencoblosan.

Panitia yang menyelenggarakan  acara pemilihan ketua HMTI ini terdiri dari seluruh anggota magang HMTI yang berjumlah sebelas orang dan ketua bidang PSDM yang bertugas sebagai KPU. Menurut keterangan dari salah satu anggota KPU yang tidak bersedia disebutkan namanya, kepanitiaan ini terbagi dalam tiga bidang yang masing-masing memiliki penanggungjawab, antara lain adalah Agung, Zerry dan Noora sebagai penanggungjawab kampanye, kemudian zikrie sebagai penanggungjawab debat, dan Mitasya Susilo sebagai penanggungjawab pencoblosan. Pembagian anggota pada masing-masing bidang berbeda jumlahnya, berhubung bidang kampanye mempunyai tugas yang relatif berat maka bidang tersebut merupakan bidang yang paling banyak anggota panitiannya.

Acara pemilihyan ketua HMTI dibagi dalam beberapa tahap. Yang pertama adalah pendaftaran bakal calon ketua HMTI. Pada tahun ini hanya ada tiga kandidat yang mencalonkan diri sebagai bakal calon ketua HMTI. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tidak dilaksanakan seleksi lanjutan dan bakal calon langsung resmi menjadi calon ketua HMTI. Menurut keterangan narasumber, apabila terdapat bakal calon lebih dari tiga orang, maka akan dilakukan seleksi hingga terpilih tiga orang sebagai calon ketua HMTI. Tahap selanjutnya adalah perekapan data dari para calon setelah mengungkapkan visi, misi dan pengetahuan mengenai HMTI.

Pengenalan calon ketua HMTI dengan beberapa media merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya. Penyebaran poster-poster lewat mading adalah salah satu media pengenalan calon ketua HMTI, media lainnya adalah melalui  kampanye di kelas-kelas, meskipun kampanye ini dinilai kurang efektif dikarenakan jadwal kuliah antar kandidat yang berbenturan. Untuk solusi dari permasalahan ini maka HMTI mengadakan debat calon yang diadakan di Auditorium FTI pada tanggal 26 Juni 2014 yang berjalan lancar.

Tak cukup dengan kampanye dikelas dan dengan debat saja, pengenalan calon ketua HMTI juga dilakukan melalui berbagai media sosial. Setelah dilaksanakannya tahap ini, diharapkan seluruh anggota HMTI telah mempunyai gambaran mengenai siapa yang akan mereka pilih. Tahap yang sangat menentukan dari proses pemilihan ini adalah tahap pencoblosan. Semua mahasiswa Teknik Industri UII memiliki satu hak suara untuk memilih. Dari hasil pencoblosan ini maka akan direkap untuk mengetahui siapa yang mendapatkan suara terbanyak. Setelah mengetahui hasil dari tahap pencoblosan maka akan diadakan serah terima jabatan sebagai peresmian ketua HMTI yang baru.

Siapapun yang terpilih menjadi ketua HMTI tentu saja diharap bisa menjadikan Teknik Industri UII menjadi lebih maju. salah satu harapan dari narasumber yang tidak berkenan disebutkan namanya mengatakan, “ ketua HMTI harus bertanggungjawab, mempunyai inovasi untuk proker HMTI kedepannya, diharapkan mampu menghilangkan jam karet dan juga mampu menghilangkan kelompok-kelompok  antar anggota HM dengan pengurus HM dan pastinya harus bisa dipercaya”. Laila, salah satu anggota HMTI memiliki harapan yang berbeda, “Teknik Industri makin kompak, event-eventnya makin seru dan banyak dan semoga bisa membawa Teknik Industri UII menjadi lebih baik” tutur laila. Begitu banyak harapan dari semua anggota HMTI kepada ketua HMTI yang akan terpilih kelak, semoga harapan-harapan itu tidak sekedar menjadi harapan yang cukup dilisankan saja tetapi menjadi suatu harapan yang berubah menjadi kenyataan-kenyataan.(Retno)