Opini – Fajar Asri (Staff Riset dan
Pustaka LPM Profesi)
Melihat dari susunan acara yang terdapat
pada kuliah perdana, dapat dikatakan
pihak rektorat ingin memperkenalkan suasana belajar di dunia universitas. Hal ini
ditunjukan dengan diadakannya kuliah
umum. Pada kesempatan kali ini pembicara menitikberatkan pada kemampuan
mahasiswa di luar bidang akademik. Hal yang lain yaitu
memperkenalkan jabatan struktural universitas mulai dari rektor hingga jabatan
ketua jurusan di setiap fakultas. Pada acara ini juga, para mahasiswa
berprestasi diberikan penghargaan oleh universitas agar dapat memotivasi mahasiswa
baru. Memang, banyak sekali mahasiswa
yang terlihat antusias mengikuti rangkaian demi rangkaian acara yang telah
disusun oleh panitia. Sayangnya, kondisi itu hanya terlihat oleh mahasiswa yang
berada di dalam auditorium.
Sangat berbeda dengan mahasiswa yang berada di luar gedung.
Berbagai macam kondisi yang ‘memprihatinkan’ bagi mahasiswa baru. Entah apa yang mereka pikirkan
sehingga terlihat seolah-olah acuh tak acuh dengan aparatur kampus yang berada
di sekitarnya. Terlihat sejumlah mahasiswa baru yang menggunakan almamater
sedang membakar dan menghisap rokok dengan gaya khas para perokok. Memang tak ada larangan merokok bagi setiap mahasiswa. Namun, bagi seorang mahasiswa baru
rasanya kampus merupakan tempat melampiaskan kebebasan yang selama di bangku
sekolah terkekang. Anehnya, tak ada
satupun pihak kampus yang menegur mahasiswa yang merokok. Hal ini terkesan
seolah-olah membiarkan citra Universitas Islam Indonesia (UII) sebagai kampus yang berlandaskan Islam
tercoreng.
Hal lain yang tak kalah mirisnya, di
saat acara berlangsung banyak sekali mahasiswa baru yang “keluyuran” ke area
kampus. Pakaian hitam putih beserta almamater terlihat menyusuri bagian demi bagian
kampus yang seolah tidak peduli dengan acara kuliah perdana. Anehnya lagi, tak
ada satupun pihak rektorat selaku panitia penyelenggara yang menanyakan kepada mereka terkait alasan
meninggalkan acara. Sekali lagi, ini mengajarkan kepada mahasiswa baru untuk acuh
tak acuh terhadap esensi acara yang ingin dicapai.
Memang ada mahasiswa yang berada di
luar auditorium yang mengikuti rangkaian
acara hingga akhir. Namun, dari sisi kenyamanannya sangat memprihatinkan.
Terutama, di sisi barat gedung. Mereka terlihat terdiam tanpa tahu apa yang
sebenarnya terjadi di dalam auditorium. Fasilitas seperti monitor, tidak
tersedia di sana. Pengeras suarapun tidak tersedia. Di tambah lagi, panggung
yang sedang digarap untuk persiapan IKA (Ikatan Keluarga Alumni), membuat
konsentrasi mahasiswa baru makin tidak karuan. Hal lain yang terlihat, ketika
suara bising itu masuk ke dalam auditorium, pihak panitia pun menutup pintu auditorium
tersebut dan seolah-olah menganggap tidak ada mahasiswa baru di luar.
Seharusnya kesan pertama dibuat senyaman mungkin bagi seluruh mahasiswa,
sehingga tidak ada satupun yang merasa tidak mendapatkan fasilitas.