SEPUTAR PROFESI

"LPM PROFESI FTI UII Adakan Workshop Jurnalistik Sabtu (01/11)"

Untaian "Kata" PROFESI

Lembar berisikan berita milik PROFESI

SEPUTAR PROFESI

Pengrajin Gerabak sedang membakar karyanya agar kokoh.

Diskusi Bersama

Para Caleg (Calon Legislatif) KM FTI dalam acara Diskusi Bersama oleh LPM PROFESI

Pekan Taaruf FTI UII 2014

Suasana Pekan Taaruf (Pekta) 2014 di lingkungan FTI UII.

8/14/15

Kemana Panitia?


Opini – Fajar Asri (Staff Riset dan Pustaka LPM Profesi)

Melihat dari susunan acara yang terdapat pada  kuliah perdana, dapat dikatakan pihak rektorat ingin memperkenalkan suasana belajar di dunia universitas. Hal ini ditunjukan  dengan diadakannya kuliah umum. Pada kesempatan kali ini pembicara menitikberatkan pada kemampuan mahasiswa di luar bidang akademik. Hal yang lain yaitu memperkenalkan jabatan struktural universitas mulai dari rektor hingga jabatan ketua jurusan di setiap fakultas. Pada acara ini juga, para mahasiswa berprestasi diberikan penghargaan oleh universitas agar dapat memotivasi mahasiswa baru. Memang,  banyak sekali mahasiswa yang terlihat antusias mengikuti rangkaian demi rangkaian acara yang telah disusun oleh panitia. Sayangnya, kondisi itu hanya terlihat oleh mahasiswa yang berada di dalam auditorium.

            Sangat berbeda  dengan mahasiswa yang berada di luar gedung. Berbagai macam kondisi yang ‘memprihatinkan’  bagi mahasiswa baru. Entah apa yang mereka pikirkan sehingga terlihat seolah-olah acuh tak acuh dengan aparatur kampus yang berada di sekitarnya. Terlihat sejumlah mahasiswa baru yang menggunakan almamater sedang membakar dan menghisap rokok dengan gaya khas para perokok. Memang tak ada larangan merokok bagi setiap mahasiswa. Namun, bagi seorang mahasiswa baru rasanya kampus merupakan tempat melampiaskan kebebasan yang selama di bangku sekolah terkekang.  Anehnya, tak ada satupun pihak kampus yang menegur mahasiswa yang merokok. Hal ini terkesan seolah-olah membiarkan citra Universitas Islam Indonesia (UII) sebagai kampus yang berlandaskan Islam tercoreng.

            Hal lain yang tak kalah mirisnya, di saat acara berlangsung banyak sekali mahasiswa baru yang “keluyuran” ke area kampus. Pakaian hitam putih beserta almamater terlihat menyusuri bagian demi bagian kampus yang seolah tidak peduli dengan acara kuliah perdana. Anehnya lagi, tak ada satupun pihak rektorat selaku panitia penyelenggara yang menanyakan kepada mereka terkait alasan meninggalkan acara. Sekali lagi, ini  mengajarkan kepada mahasiswa baru untuk acuh tak acuh terhadap esensi acara yang ingin dicapai. 

            Memang ada mahasiswa yang berada di luar auditorium yang mengikuti  rangkaian acara hingga akhir. Namun, dari sisi kenyamanannya sangat memprihatinkan. Terutama, di sisi barat gedung. Mereka terlihat terdiam tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam auditorium. Fasilitas seperti monitor, tidak tersedia di sana. Pengeras suarapun tidak tersedia. Di tambah lagi, panggung yang sedang digarap untuk persiapan IKA (Ikatan Keluarga Alumni), membuat konsentrasi mahasiswa baru makin tidak karuan. Hal lain yang terlihat, ketika suara bising itu masuk ke dalam auditorium, pihak panitia pun menutup pintu auditorium tersebut dan seolah-olah menganggap tidak ada mahasiswa baru di luar. Seharusnya kesan pertama dibuat senyaman mungkin bagi seluruh mahasiswa, sehingga tidak ada satupun yang merasa tidak mendapatkan fasilitas.

            Terlepas dari itu semua, masalah kembali lagi ke pihak panitia. Jika mereka mendapatkan kenyamanan, tidak mungkin ada mahasiswa yang merokok dan berkeluyuran. Memang,  kapasitas auditorium tidak begitu besar untuk  menampung sejumlah mahasiswa baru yang membludak. Namun, bukan berarti terkesan pasrah dengan kondisi yang ada. Semoga dengan tulisan ini kita sebagai keluarga besar UII dapat bersama-sama membenahi segala kekurangan.

Nyamankah Kuliah Perdana?

Oleh : Reza

“Untuk ke depannya, hal-hal semacam ini jangan terulang lagi. Sehingga, bisa lebih baik dari sebelumnya,”


“Mahasiswa baru Universitas Islam Indonesia mengikuti kuliah perdana di Auditorium kahar Mudzakir”
                                                                                               
Pelaksanaan kuliah perdana Universitas Islam Indonesia sudah menjadi agenda rutin setiap tahun. Tahun ini, peserta kuliah perdana berasal dari mahasiswa dan mahasiswi baru tahun akademik  2015/2016. Kuliah perdana dilaksanakan pada Jumat (14/8/2015) di Auditorium Kahar Mudzakir dimulai pukul 07.00 WIB.
Dalam kuliah perdana, peserta mendapat kuliah umum dari beberapa narasumber, salah satunya Yudha Antariksa. Pihak universitas juga memperkenalkan jajaran pimpinan, staf struktural, dan staf pengajar UII.
Sayangnya, kuliah perdana kali ini diwarnai berbagai kendala, seperti kurangnya sarana dan prasarana pendukung. Kursi, tenda, monitor, dan sound system yang disediakan belum mampu memberikan kenyamanan. Auditorium Kahar Mudzakir tidak dapat menampung peserta yang mencapai  5386 orang. Sehingga, banyak peserta yang tidak mendapat tempat duduk di bawah tenda yang disediakan di luar auditorium.
Berdasarkan pantauan di lapangan, banyak peserta yang tidak mendapatkan kursi dan tidak terlindung tenda. Hal ini menyebabkan banyaknya peserta yang justru asyik mengobrol dan berkumpul di kantin Fakultas Psikologi dan Seni Budaya. Ada pula peserta yang merokok dan sebagian juga tampak meninggalkan lokasi kuper untuk pulang.
Rahmat, salah seorang  peserta yang berasal dari jurusan akuntansi mengatakan bahwa ia merasa tidak betah karena suasana yang panas dan tidak nyaman. Di sisi lain, seorang peserta dari jurusan manajemen mengaku tidak mendapat kenyamanan selama kuliah perdana karena tempat duduknya tidak tertutup tenda.
Sarana sound system yang dipasang di beberapa titik juga mengalami masalah. Suara yang keluar dari speaker tidak begitu jelas, sehingga peserta kesulitan mendengar informasi yang disampaikan. Padahal, mereka perlu mencatat berbagai informasi selama kuliah perdana berlangsung. Monitor yang seharusnya dapat menggambarkan suasana di dalam Auditorium Kahar Mudzakir juga tidak berfungsi dengan baik. Sehingga, peserta tidak dapat mengetahui suasana kuliah perdana di dalam auditorium.

Ketidaknyamanan kuliah perdana ini dikeluhkan oleh salah satu orang tua peserta yang juga ikut menyaksikan jalannya kuliah perdana. “Untuk ke depannya, hal-hal semacam ini jangan terulang lagi. Sehingga, bisa lebih baik dari sebelumnya,” tutur salah satu orang tua peserta yang tidak ingin disebutkan namanya.