“Momen awal
tahun ini kami gunakan untuk berupaya dalam
meningkatkan pencegahan dan menghapuskan segala tindak kekerasan
terhadap anak,”
Foto:
Tantowi/PROFESI “saat berlangsungnya talkshow yang diadakan oleh UKM KAHAM UII” |
Dalam rangka memperingati hari Hak Asasi Manusia (HAM) sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Desember, Unit
Kegiatan Mahasiswa Klinik Advokasi dan Hak Asasi Manusia Universitas Islam
Indonesia (UKM KAHAM UII) mengadakan serangkaian acara pada tanggal 8-10
Desember 2014. Rangkaian acara yang diberi nama Humanity Day tersebut bersifat memberikan penyuluhan, sosialisasi
serta pemahaman tentang Hak Asasi Manusia kepada mahasiswa.
Sebagai puncak dari rangkaian acara tersebut, UKM KAHAM
UII mengadakan talkshow dengan tema
“Peranan mahasiswa dalam upaya pencegahan kekerasan terhadap anak” pada Sabtu
(10/1/2015) di Gedung Kuliah Umum Kampus Terpadu UII. Acara yang dimulai pukul 09.45 WIB tersebut diawali dengan sambutan
dari Ketua KAHAM UII yaitu Amjad Fauzan dan Edi Subagyo sebagai ketua Lembaga
Eksekutif Mahasiswa (LEM) UII. Kemudian perwakilan dari Dewan Permusyawaratan
Mahasiswa (DPM) UII juga memberikan sambutan sekaligus membuka acara talkshow tersebut.
“Momen awal tahun
ini kami gunakan untuk berupaya dalam
meningkatkan pencegahan dan menghapuskan segala tindak kekerasan
terhadap anak,” ujar Amjad. Dalam kesempatan
ini, ketua LEM UII mengajak untuk bersama-sama mengampanyekan menolak tindak
kekerasan terhadap anak. Perwakilan DPM UII juga menyampaikan bahwa kekerasan
terhadap anak sangat fundamental namun
pengaruhnya sangat besar di masa depan.
Menurut data (Sumber: Liputan 6 SCTV) kekerasan terhadap anak
di Indonesia meningkat 60% dari tahun 2012-2013. Terdapat 1620 kasus di tahun
2013, yang masing-masing 490 kasus kekerasan fisik, 313 kasus kekerasan psikis, dan 817 kasus kekerasan
seksual. Pelaku kekerasan terhadap anak itu sendiri adalah 24% keluarga, 56%
sosial dan 17% sekolah. Karena banyaknya kekerasan terhadap anak di Indonesia,
UKM KAHAM UII menggunakan isu tersebut serta peranan mahasiswa di lingkungan sosial
untuk dijadikan tema talkshow dalam
rangkaian acara Humanity Day.
Talkshow yang diadakan UKM KAHAM UII menghadirkan dua pembicara yaitu
Yadi Kasmorejo dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) DIY dan Andra Septian,
seorang aktivis anak. LPA melalui Yadi Kasmorejo membeberkan setiap tahun ±
3.000.000 kasus aborsi di Indonesia, perceraian tidak kurang dari 200.000 kasus
setiap tahunnya dan hampir setiap saat terjadi pembuangan bayi di DIY. “Semua
kasus ini yang menjadi korban adalah anak-anak,” jelas Yadi. Menurut Yadi
mahasiswa juga ikut menjadi pelaku dalam kasus-kasus tersebut. Dari segi fisik
dan psikis anak-anak memang menjadi korbannya, contohnya saja anak-anak yang
terlahir kurang sempurna, sebagian adalah hasil dari kegagalan percobaan aborsi
sehingga ketika dilahirkan banyak yang fisiknya kurang sempurna. Dari segi psikis,
banyak anak-anak melakukan perbuatan amoral dan perilaku menyimpang dikarenakan
orang tuanya bercerai. Andra Septian mengatakan dari segi psikologis usia
remaja berada pada tahapan untuk coba-coba, pengetahuan yang kurang serta
secara emosional yang masih labil. “Rasa keingintahuan sangat kuat tapi tidak
dibarengi dengan pengetahuan yang cukup,” lanjut Andra.
Di dalam Undang-Undang
Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 tentang Pemenuhan dan Perlindungan anak di
Indonesia menjadi suatu acuan yang berfungsi sebagai penegas peranan negara
dalam melindungi anak dari tindak kekerasan. Yadi mengungkapkan Negara belum menunjukkan
perannya terkait upaya-upaya pencegahan kekerasan terhadap anak serta jaminan
sosial untuk korban kekerasan terhadap anak. “Lembaga Perlindungan Anak selalu
bermitra dalam mencari solusi permasalahan sosial, jarang sekali ke pemerintah
karena terkendala birokrasi,” ungkap Yadi.
Di penghujung acara, Andra
berpesan apapun cara yang dipilih dalam upaya pencegahan kekerasan terhadap
anak dari mahasiswa tetap harus dengan tujuan awal dan menjaga komitmennya. Di
akhir pembicaraan, Yadi mengajak mahasiswa harus memberdayakan kecanggihan
teknologi informasi agar semua ilmu dan informasi sampai ke seluruh lapisan
masyarakat. (Oleh: Tantowi Alwi)