Aksi memasung kaki dengan semen yang dilakukan oleh sembilan ibu asal
pegunungan Kendeng di depan Istana Negara. (sumber : Antara)
Oleh : Tantowi Alwi
Tak pernah
terlintas dalam hati untuk melupakan aksi suci para ibu-ibu petani asal Jawa
Tengah, yang berlangsung di depan istana merdeka, Jakarta. Aksi menyemen kaki
yang dilakukan ibu-ibu pegunungan kendeng ini untuk mengetuk hati Presiden
Jokowi. Tujuannya apa? Agar Presiden Jokowi mau membicarakan pendirian pabrik
semen yang mengancam keberlangsungan hidup para petani di Kendeng, Rembang,
Pati, Blora, dan Grobogan, Jawa Tengah.
Sudah
banyak referensi bacaan dan tontonan yang berkaitan dengan apa alasan dibalik
perjuangan ibu-ibu pegunungan kendeng. Tapi ada pertanyaan sederhana yang
muncul, kenapa aksi menyemen kaki dilakukan di Jakarta? Padahal masih ada
kepala daerah yang lebih tepat untuk menjadi sasaran “suara rakyat” dalam hal
ini ibu-ibu petani asal Jawa Tengah tersebut. Terlihat ada krisis kepercayaan
terhadap pemimpin daerah. Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah sudah
sepatutnya menjadi orang pertama yang mendengar suara-suara pencari keadilan di
Jawa Tengah. Saya masih ingat pernyataan salah satu kesembilan ibu yang
melakukan aksi menyemen kaki, Rib Ambarwati “Gunung itu sudah lestari, tidak
ada semen kami sudah sejahtera. Jadi bagi kami lebih sakit ada pabrik semen,
daripada sakit dipasung seperti ini”.
Menanggapi
persoalan konflik agraria di Jawa Tengah. Bagaimana sikap kita (sebagai manusia
merdeka dan mahasiswa UII) terhadap kedatangan Ganjar Pranowo ke UII? Saya rasa
banyak mahasiswa UII sudah mengetahui kedatangan Ganjar Pranowo pada tanggal 2
Mei di acara Suara Rakyat yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi
swasta. Total ada 1000 lebih peserta yang akan mengikuti agenda tersebut.
Mengutip
dari KH Abdurrahman Wahid “agama jangan jauh dari kemanusiaan”. Saya juga masih
ingat perkataan Abdul Jamil, Wakil Rektor UII di sebuah acara diskusi kantin
mawar UII, ia mengatakan “mahasiswa UII seharusnya membela rakyat yang butuh
dibela”. Abdul Jamil yang juga alumni UII menceritakan sudah dari dulu
mahasiswa UII dicekoki untuk menegaskan keberpihakan kepada rakyat yang mesti
dibela. Tetap pada pertanyaan tadi, bagaimana sikap kita sebagai mahasiswa UII
terhadap tamu besar (Ganjar Pranowo) yang bertamu ke UII? Tentunya sikap
tersebut seharusnya tidak melepaskan persoalan dan PR dari Ganjar Pranowo
sebagai Gubernur Jawa Tengah. Kalau saya boleh menjawab sebagai sikap manusia
merdeka, saya ingin menggaungkan suara masyarakat pegunungan kendeng sampai ke
UII, kawan. Lantas apa sikapmu?
0 comments:
Post a Comment