4/29/16

Mempertanyakan Sikap terhadap Kedatangan Ganjar Pranowo

Aksi memasung kaki dengan semen yang dilakukan oleh sembilan ibu asal pegunungan Kendeng di depan Istana Negara. (sumber : Antara) 

Oleh : Tantowi Alwi


Tak pernah terlintas dalam hati untuk melupakan aksi suci para ibu-ibu petani asal Jawa Tengah, yang berlangsung di depan istana merdeka, Jakarta. Aksi menyemen kaki yang dilakukan ibu-ibu pegunungan kendeng ini untuk mengetuk hati Presiden Jokowi. Tujuannya apa? Agar Presiden Jokowi mau membicarakan pendirian pabrik semen yang mengancam keberlangsungan hidup para petani di Kendeng, Rembang, Pati, Blora, dan Grobogan, Jawa Tengah.

Sudah banyak referensi bacaan dan tontonan yang berkaitan dengan apa alasan dibalik perjuangan ibu-ibu pegunungan kendeng. Tapi ada pertanyaan sederhana yang muncul, kenapa aksi menyemen kaki dilakukan di Jakarta? Padahal masih ada kepala daerah yang lebih tepat untuk menjadi sasaran “suara rakyat” dalam hal ini ibu-ibu petani asal Jawa Tengah tersebut. Terlihat ada krisis kepercayaan terhadap pemimpin daerah. Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah sudah sepatutnya menjadi orang pertama yang mendengar suara-suara pencari keadilan di Jawa Tengah. Saya masih ingat pernyataan salah satu kesembilan ibu yang melakukan aksi menyemen kaki, Rib Ambarwati “Gunung itu sudah lestari, tidak ada semen kami sudah sejahtera. Jadi bagi kami lebih sakit ada pabrik semen, daripada sakit dipasung seperti ini”.

Menanggapi persoalan konflik agraria di Jawa Tengah. Bagaimana sikap kita (sebagai manusia merdeka dan mahasiswa UII) terhadap kedatangan Ganjar Pranowo ke UII? Saya rasa banyak mahasiswa UII sudah mengetahui kedatangan Ganjar Pranowo pada tanggal 2 Mei di acara Suara Rakyat yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi swasta. Total ada 1000 lebih peserta yang akan mengikuti agenda tersebut.

Mengutip dari KH Abdurrahman Wahid “agama jangan jauh dari kemanusiaan”. Saya juga masih ingat perkataan Abdul Jamil, Wakil Rektor UII di sebuah acara diskusi kantin mawar UII, ia mengatakan “mahasiswa UII seharusnya membela rakyat yang butuh dibela”. Abdul Jamil yang juga alumni UII menceritakan sudah dari dulu mahasiswa UII dicekoki untuk menegaskan keberpihakan kepada rakyat yang mesti dibela. Tetap pada pertanyaan tadi, bagaimana sikap kita sebagai mahasiswa UII terhadap tamu besar (Ganjar Pranowo) yang bertamu ke UII? Tentunya sikap tersebut seharusnya tidak melepaskan persoalan dan PR dari Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah. Kalau saya boleh menjawab sebagai sikap manusia merdeka, saya ingin menggaungkan suara masyarakat pegunungan kendeng sampai ke UII, kawan. Lantas apa sikapmu?

0 comments: