6/20/16

Drama Tempat Parkir di Universitas Islam Indonesia




Tidak seperti drama korea yang melulu soal cinta, drama ini lebih menekankan pada kepekaan antar warga civitas akademika UII.





Lagi, lagi, dan lagi... Masalah parkiran di kampus Universitas Islam Indonesia (UII) terpadu ini menjadi ironi. Seringkali mahasiswa mengeluhkan masalah ini. Tapi seakan UII tak peduli. Penuhnya parkiran, tidak rapinya motor yang terparkir, serta munculnya parkiran liar di UII ini seakan tak mendapatkan porsi untuk diamati. Sebenarnya sudah ada rencana untuk mengatasi masalah ini. Mengurangi jumlah penerimaan mahasiswa baru dan menambah lahan parkir baru. Akan tetapi, pada realitanya rencana hanya sekedar wacana. Penambahan lahan parkir baru tidak menjadi proyek yang menarik. Tidak banyak keuntungan yang didapat dari penambahan parkiran. Alhasil memaksa mahasiswa untuk keluar cepat-cepat dari UII menjadi proyek yang memikat hati. Tak perlu repot-repot mengurangi jumlah penerimaan mahasiswa UII.

Akhir-akhir ini masalah mampir kembali. Dan lagi-lagi parkiran lagi. Hanya untuk mengistirahatkan sepeda motor di tempatnya, antrenya sampai rumah tetangga. Kurang lebih seperti itulah sederhananya. Seperti biasa, penerapan sistem baru pasti akan menimbulkan masalah baru. Pagi itu tak seperti biasanya di depan Kantin Mawar UII. Pemandangan baru, mahasiswa yang menjadi kader masa depan bangsa Indonesia tertib rapi mengantre. Ada dua hal yang tidak seperti biasanya terjadi di depan Kantin Mawar UII. Yang pertama, tertib mengantre dan yang kedua terdapat antrean. Menulusuri sampai hilir antrean, ternyata sedang dilakukan simulasi. Mahasiswa sedang melakukan simulasi antrean yang baik dan benar (-red:bisa dibilang begitu). Sebelum memasuki tempat peristirahatan bagi motornya, mahasiswa harus melalui barier gate (plang parkir otomatis) terlebih dahulu. Mungkin seperti itu sistem yang ingin diterapkan oleh birokrat UII bagi mahasiswanya.  Mengajarkan mahasiswa untuk mengetahui bagaimana caranya mengantre dengan benar. Karena mengantre adalah sebuah tindakan yang terpuji.

Tertib mengantre tidak mengatasi masalah parkiran ini. Seakan-akan ini hanya pengalihan isu dari masalah yang sebenarnya terjadi. Mahasiswa diberikan mainan baru. Barier gate kalau kita terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia kurang lebih artinya plang parkir otomatis. Proyek barier gate ini sepertinya menguntungkan. Semua parkiran di UII terpasang sistem barier gate ini. Apakah hanya faktor keuntungan yang dilihat untuk mengatasi masalah parkiran ini. Apakah sistem barier gate benar-benar diperlukan untuk mengatasi masalah parkiran ini. Kalau kita lihat di parkiran motor depan Kantin Mawar UII (saya menyebutnya parkiran ini parkiran motor depan kantin mawar UII). Karena penguasaan parkiran ini masih menjadi polemik diantara beberapa fakultas. Pemasangan barier gate malah menambah masalah.

Mahasiswa yang tidak mau mengantre untuk parkir di depan Kantin Mawar, banyak yang berpindah mencari lahan parkir baru. Tempat parkir sementara yang berada di lapangan basket FIAI mulai diminati. Walaupun sebelumnya memang sudah ada peminatnya, tetapi sekarang jumlahnya mengalami kenaikan. Anehnya, bukannya menambah parkiran resmi, tetapi meresmikan parkiran yang sebelumnya liar. Tidak adakah kajian serius yang membahas mengenai perencanaan lahan parkiran oleh pihak UII?

Banyak yang menganggap masalah parkiran ini adalah masalah yang sepele. Karena dianggap sepele, banyak mahasiswa yang memarkirkan motornya dengan seenaknya. Asal parkir, tidak memperhatikan dimana dia parkir. Jalan yang seharusnya dijadikan tempat keluar masuk kendaraan dijadikan tempat parkir.

Praktik monopoli tempat parkir juga terjadi di UII, khususnya di kantor lembaga FTI UII. Tempat parkir di kantor lembaga FTI UII seharusnya tidak boleh digunakan ketika jam kuliah sedang berlangsung. Tempat parkir ini boleh digunakan ketika sore hari. Akan tetapi, banyak yang memarkirkan kendaraannya di depan kantor lembaga FTI UII di siang hari. Tempat parkir itu dimonopoli oleh oknum-oknum tertentu. Kebanyakan oknum yang memarkirkan kendaraan disana adalah pengurus lembaga itu sendiri. Agak disayangkan, kalau pengurus lembaganya saja melakukan kecurangan. Bagaimana nasib aspirasi mahasiswa tentang tempat parkir ini. Ketika mahasiswa mengalami kesusahan mencari lahan parkir. Pengurus lembaga malah enak-enakan memiliki tempat parkir pribadi.

Masalah parkiran di UII ini memang bukan semuanya salah pihak birokrat UII. Peran mahasiswa untuk mengatasi masalah parkiran ini juga diperlukan. Sadar dengan kondisi sekitar, tidak seenaknya parkir, dan antre ketika parkir juga diperlukan. Bebarengan dengan sikap mahasiswa yang mulai sadar, birokrat UII juga perlu mengkaji masalah parkiran ini dengan serius. Jangan sampai parkiran ini menjadi konflik yang berkepanjangan. Teruntuk pengurus lembaga UII jadikan jabatanmu untuk membantu yang telah memilihmu.

Oleh: Nasrul Haqqi

0 comments: