Tidak
seperti drama korea yang melulu soal cinta, drama ini lebih menekankan pada
kepekaan antar warga civitas akademika UII.
Lagi, lagi, dan lagi... Masalah parkiran di kampus
Universitas Islam Indonesia (UII) terpadu ini menjadi ironi. Seringkali
mahasiswa mengeluhkan masalah ini. Tapi seakan UII tak peduli. Penuhnya
parkiran, tidak rapinya motor yang terparkir, serta munculnya parkiran liar di
UII ini seakan tak mendapatkan porsi untuk diamati. Sebenarnya sudah ada
rencana untuk mengatasi masalah ini. Mengurangi jumlah penerimaan mahasiswa
baru dan menambah lahan parkir baru. Akan tetapi, pada realitanya rencana hanya
sekedar wacana. Penambahan lahan parkir baru tidak menjadi proyek yang menarik.
Tidak banyak keuntungan yang didapat dari penambahan parkiran. Alhasil memaksa
mahasiswa untuk keluar cepat-cepat dari UII menjadi proyek yang memikat hati.
Tak perlu repot-repot mengurangi jumlah penerimaan mahasiswa UII.
Akhir-akhir ini masalah mampir kembali. Dan lagi-lagi
parkiran lagi. Hanya untuk mengistirahatkan sepeda motor di tempatnya, antrenya
sampai rumah tetangga. Kurang lebih seperti itulah sederhananya. Seperti biasa,
penerapan sistem baru pasti akan menimbulkan masalah baru. Pagi itu tak seperti
biasanya di depan Kantin Mawar UII. Pemandangan baru, mahasiswa yang menjadi
kader masa depan bangsa Indonesia tertib rapi mengantre. Ada dua hal yang tidak
seperti biasanya terjadi di depan Kantin Mawar UII. Yang pertama, tertib
mengantre dan yang kedua terdapat antrean. Menulusuri sampai hilir antrean,
ternyata sedang dilakukan simulasi. Mahasiswa sedang melakukan simulasi antrean
yang baik dan benar (-red:bisa dibilang begitu). Sebelum memasuki tempat
peristirahatan bagi motornya, mahasiswa harus melalui barier gate (plang
parkir otomatis) terlebih dahulu. Mungkin seperti itu sistem yang ingin
diterapkan oleh birokrat UII bagi mahasiswanya. Mengajarkan mahasiswa
untuk mengetahui bagaimana caranya mengantre dengan benar. Karena mengantre
adalah sebuah tindakan yang terpuji.
Tertib mengantre tidak mengatasi masalah parkiran ini.
Seakan-akan ini hanya pengalihan isu dari masalah yang sebenarnya terjadi.
Mahasiswa diberikan mainan baru. Barier gate kalau kita terjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia kurang lebih artinya plang parkir otomatis. Proyek barier
gate ini sepertinya menguntungkan. Semua parkiran di UII terpasang sistem barier
gate ini. Apakah hanya faktor keuntungan yang dilihat untuk mengatasi
masalah parkiran ini. Apakah sistem barier gate benar-benar diperlukan
untuk mengatasi masalah parkiran ini. Kalau kita lihat di parkiran motor depan Kantin
Mawar UII (saya menyebutnya parkiran ini parkiran motor depan kantin mawar UII).
Karena penguasaan parkiran ini masih menjadi polemik diantara beberapa
fakultas. Pemasangan barier gate malah menambah masalah.
Mahasiswa yang tidak mau mengantre untuk parkir di depan Kantin
Mawar, banyak yang berpindah mencari lahan parkir baru. Tempat parkir sementara
yang berada di lapangan basket FIAI mulai diminati. Walaupun sebelumnya memang
sudah ada peminatnya, tetapi sekarang jumlahnya mengalami kenaikan. Anehnya,
bukannya menambah parkiran resmi, tetapi meresmikan parkiran yang sebelumnya
liar. Tidak adakah kajian serius yang membahas mengenai perencanaan lahan
parkiran oleh pihak UII?
Banyak yang menganggap masalah parkiran ini adalah masalah
yang sepele. Karena dianggap sepele, banyak mahasiswa yang memarkirkan motornya
dengan seenaknya. Asal parkir, tidak memperhatikan dimana dia parkir. Jalan
yang seharusnya dijadikan tempat keluar masuk kendaraan dijadikan tempat parkir.
Praktik monopoli tempat parkir juga terjadi di UII, khususnya
di kantor lembaga FTI UII. Tempat parkir di kantor lembaga FTI UII seharusnya
tidak boleh digunakan ketika jam kuliah sedang berlangsung. Tempat parkir ini
boleh digunakan ketika sore hari. Akan tetapi, banyak yang memarkirkan
kendaraannya di depan kantor lembaga FTI UII di siang hari. Tempat parkir itu
dimonopoli oleh oknum-oknum tertentu. Kebanyakan oknum yang memarkirkan
kendaraan disana adalah pengurus lembaga itu sendiri. Agak disayangkan, kalau
pengurus lembaganya saja melakukan kecurangan. Bagaimana nasib aspirasi
mahasiswa tentang tempat parkir ini. Ketika mahasiswa mengalami kesusahan
mencari lahan parkir. Pengurus lembaga malah enak-enakan memiliki tempat parkir
pribadi.
Masalah parkiran di UII ini memang bukan semuanya salah pihak
birokrat UII. Peran mahasiswa untuk mengatasi masalah parkiran ini juga
diperlukan. Sadar dengan kondisi sekitar, tidak seenaknya parkir, dan antre
ketika parkir juga diperlukan. Bebarengan dengan sikap mahasiswa yang mulai
sadar, birokrat UII juga perlu mengkaji masalah parkiran ini dengan serius.
Jangan sampai parkiran ini menjadi konflik yang berkepanjangan. Teruntuk
pengurus lembaga UII jadikan jabatanmu untuk membantu yang telah
memilihmu.
Oleh: Nasrul Haqqi
0 comments:
Post a Comment